Wednesday, May 11, 2011

BERAWAL DARI YANG ADA DAN YANG MUNGKIN ADA

Hubungan ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Dari ontologi ke ontologi, maksudnya adalah hakekat manusia. Karena kata – kata manusia tidak cukup untuk mengungkapkan dan menjelaskan hakekat, hanya Tuhan yang tahu hakekat atas hakekat yang sebenarnya.
Dari ontologi ke epistimologi, sebagai contoh kita tidak pernah menggapai apa yang ingin kita gapai, karena sebenarnya apapun yang akan dan telah kita lakukan hanyalah berusaha untuk menggapainya. Epistimologi itu sendiri adalah cara atau metode, sedangkan dari ontologi ke epistimologi itu maksudnya hakekat epistimologi atau hakekat dari cara dan metode. Dalam buku yang berjudul “Kebenaran Metode” hermenitika dogamen. Buku ini berusaha mengungkap hakekat metode. Sedangkan kebenaran metode itu benar dan salah dalam epistimologi.
Dari ontologi ke aksiologi maksudnya hakekat baik buruk, makna dari baik buruk disini adalah hakekatnya merentang dan berdimensi, dari material, formal, normatif dan spiritual. Kenyataannya hakekat baik buruk setiap orang itu berbeda – beda.
Dari epistimologi menuju ontologi, artinya metode daripada menggali hakekat. Contoh: jika kita menginginkan untuk ketemu dengan Tuhan maka harus menggunakan metode, metode yang dimaksudkan adalah metode olahpikir, olah hati dan olah spiritual, yang kesemuanya merupakan hakekat dan metode.
Dari epistimologi menuju epistimologi inilah kebenaran dari suatu metode, disini terlihat benar dan salahnya dalam suatu epistimologi.
Dari epistimologi ke aksiologi, memiliki arti metode yang beraksiologi. Memiliki peranan untuk mengungkapkan tentang baik dan buruk. Misal: osama bin laden yang telah mengganggap USA buruk, tapi belum tentu orang lain melihat USA juga buruk seperti pandangannya Osama bin laden. Karena baik buruknya itu tergantung cara yang melihat, apakah cara mereka melihat menggunakan metode yang menggungkapkan kebaikan dan keburukan. Kenapa harus menggunakanmetode, karena ternyata mengungkapkan pendapat atau memberi kritik kepada orang yang berkuasa atau orang yang memiliki wewenang itu sangatlah tidak mudah.
Dari aksiologi menuju ontologi, dalam hal ini menyatakan tentang baik buruknya hakekat,bagaimana tata etik dan estetikanya hakekat .hakekat Tuhan, bukan dipasar, bukan di tempat umum seperti stasiun atau terminal, tetapi seharusnya ditempat ibadah seperti mesjid, gereja, dan lain – lain.
Kemudian selanjutnya dari aksiologi menuju epistimologi memiliki arti yang berbeda, yaitu etikanya cara atau etik dan estetikanya metode.
Dan yang terakhir adalah dari aksiologi ke aksiologi, ini berisi tentang tata cara, baik buruknya tentang baik buruk. Sebagai contoh kasus ritual (dalam ritual jawa di dalam resepsi pernikahan) mempunyai maksud menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik. Berikut beberapa contoh ritual jawa yang banyak digunakan masyarakat:
  • Cangkir = nyancang pikir
  • Tebu = antebing kalbu, artinya dalam menjalin cinta ataupun hubungan suami istri haruslah dengan hati yang mantap, karena dengan hati yangmantap dapat mengalahkan rintangan yang ada.
  • Kacar kucur = dalam resepsi pernikahan melambangkan pemberian nafkah dari suami untuk istri.
  • Ijab Qobul = hakekatnya yang melandasi bahtera keluarga adalah ijab qobul, sedangkan epistimologi artinya memiliki adat yang berbeda – beda setiap daerah.
INFINITE REGRESS
Bermimpi yang berlapis – lapis sehingga menghasilkan ide. filsafat itu adalah olahpikir (ini menurut filsafat barat). Dan dalam kenyataannya tidak semua mimpi bisa atau dapat kita ceritakan kepada orang lain.
Contoh: Ketika kita sedag berada suatu tempat kita membayangkan diri kita berada di tempat lain yang juga sedang membayangkan kalau ditempat lain kita sedang bermimpi, dan seterusnya sampai bertingkat – tingkat.
Batas pikiran kita sampai mana?
Batas dari tindakan kita adalah tulisan kita, batas dari tulisan ita adalah pikiran kita, kemudian batas dari pikiran kita adalah hati kita. Urutannya sesuai dari yang rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan yang paling tinggi yaitu hati, bahkan tidak semua pikiran mampu menjelaskan doa yang bersumber dari hati. Syarat – syarat filsafat agar tidak prejudis yaitu:
Mitos: dangkal, dalam, luas dan sempit. Mitos ada 2 yaitu mitos primitif dan mitos profesional. Contoh mitos primitif = jika masyarakat mempercayai bahwa sebuah pohon ada penunggunya. Sedangkan mitos profesional itu contohnya mitos yang dapat memperkokoh kekuasaan raja. Tidak semua mitos bernuansa negatif, ada bahkan banyak yang berimbas positif. Pada masyarakat adat misalnya, hari ini kita menemukan berbagai kelestarian alam dan budaya yang sangat terawat. Kebiasaan perilaku, ucap dan lampah masyarakat sangat akrab dengan alam dan ramah terhadap sesama dan mahluk hidup lainnya. Sebuah aktivitas yang tidak mungkin dilakukan pada masyarakat bebas yang tidak lagi memperdulikan mitos-mitos budaya lama yang dianggapnya tertinggal dan bukan zamannya lagi. Maka sebelum kita berpandangan tentang mitos, maka perlu diketahui:
  • Hakekat mitos,
  • Baik buruknya mitos,
  • Tata cara mengungkapkan mitos,
  • Pikiran panas itu berasal dari doa kita.
Sebagai contoh: yang diketahui anak kecil sebenarnya hanyalah mitos belaka bagi orang dewasa. Contoh lain : mitos melakukan sholat jika hanya mengganggap solat sebagai kewajiban tanpa penghayatan. Dan masih banyak lagi cara mendefinisikan mitos. Banyak hal yang membuat kita bisa tertarik tentang filsafat. Bapak Marsigit sendiri juga menceritakan ketika dahulu saat masih kuliah ketika sedang mengadakan diskusi di bawah pohon kelengkeng bersama teman – temannya. Filsafat itu sebenarnya refleksi hanya dengan baca, baca dan baca dengan kritis. Sebenarnya isi dari filsafat adalah tesis lalu antitesis dan sintesis adalah diriku sendiri dan hidupku sendiri . Banyak yang kita peroleh dari filsafat salah satunya pernyataan bahwa matematika tidak netral, artinya 2+ 3=5 bukan merupakan ruang dan waktu 2 itu tidak sama dengan 2 jika dilekatkan dengan waktu. Matematika dianggap benar jika sedang kamu pikirkan, matematika dianggap salah ketika kamu ucapkan dan kamu tuliskan. Itulah ajaran filsafat tentang matematika.
Orang yang sering berfilsafat maka orang tersebut akan terjaga baik hatinya maupun raganya. Bisa dikatakan orang yang terjaga maka hatinya juga terjaga, tidak hanya hatinya akan tetapi ketika berpikiran dan berkata – kata juga terjaga. Dalam berpikir dan berkata - kata menjadikan tajam perasaan kita, sehingga kita bisa merasakan dari mata dan dari kulit. Bahasa yang bisa menggungkapkan keagungan Tuhan yaitu ketika menyebut nama Tuhan-Nya.
Ketika kita berpikir maka kita mengawali kesadaran, kemudian di ikuti tentang. Dalam filsafat sendiri membagi kesadaran menjadi dua yaitu:
  1. Sadar kedalam yaitu berfilsafat
  2. Sadar keluar yaitu berkhayal , berkhayal itu hal yang tidak logis antara tidak punya dasar atau punya dasar, karena separoh dunianya berlogika tetapi tidak ada pengalamannya. Sebagai contoh: orang gila itu memiliki wadah yang rusak dan otaknya tidak mengenal ruang dan waktu. Sehingga sintesiskan akal pikiran dan hati.
Dari beberapa hal yang kita pelajari dan yang kita dapatkan dari filsafat, lalu pengaruh filsafat terhadap cara berpikir kita, itulah pengaruh terbesar dalam filsafat.Kita berpikir filsafat lewat bahasa, bahasa itu duniaku dan diriku tidak lain dan tidak bukan adalah bahasa.
Misal: A adalah B.
Keterangan: A sebagai subyek.
B sebagai Predikat.
Dari contoh di atas disimpulkan bahwa filsafat adalah common sense (bahasa sehari – hari). Dalam bahasa yang dikembangkan tokoh bahasa, bahasa memiliki 2 struktur yaitu struktur bahasa dan struktur matematika. Karena matematika tidak lain dan tidak bukan adalah bahasa.
Filsafat yang sekarang digunakan merupakan filsafat bahasa atau filsafat analitik. Bahkan filsafat memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa analog, yaitu bahasa yang memiliki makna ganda. Contohnya : kata “bisa” bisa diartikan racun (bisa ular) atau dapat.
Yang juga berasal dari kehidupan sehari – hari masyarakat jawa yakni sastra gendhing yang merupakan bahasa dan filsafat bahasa jawa. Immanuel Khan menganalisis subyek, predikat dengan hukum kontradiksi dan hukum identitas sehingga diperoleh hasil subyek adalah subyek dan predikat adalah predikat. Bahagia dan sedih merupakan predikat yang menerangkan yang mungkin ada. Berikut beberapa contoh:
  • Rumah yang cerah : rumah yang bahagia.
  • Setiap membaca elegi mereka tertawa : tulisan elegi tersebut bahagia. Bahagia ini artinya tergantung ruang dan waktu. Karena sebenarnya hakekat bahagia adalah bagaimana mengutarakan kebahagiaan itu sendiri.

Referensi:
http://ronitabroni.wordpress.com/2008/03/06/hello-world/

No comments:

Post a Comment