Sunday, June 19, 2011

REFLEKSI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FILSAFAT DAN PENERAPAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH

Semester 6 ini sudah hampir berakhir, hanya tinggal menunggu evaluasi. Khususnya mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Mata kuliah ini wajib diambil oleh semua mahasiswa Pendidikan Matematika di FMIPA UNY. Dalam perkuliahan ini dosen memiliki kontrak perkuliahan yang berbeda dengan kontrak perkuliahan yang lain. Penilaian pada mata kuliah ini berdasarkan Ujian jawab singkat dan lewat Blog Filsafat Matematika dengan cara memberikan komentar pada setiap elegi yang diposting dosen Filsafat Pendidikan Matematika. Ketika awal perkuliahan saya bingung dengan kata elegi. Apa itu elegi, itu yang pertama kali saya cari tahu. Ketika saya ingin komentar pada setiap elegi, saya harus komentar seperti apa dan dengan bahasa yang seperti apa? Sampai akhirnya saya belajar dengan membaca, membaca, dan membaca elegi. Dari elegi yang saya baca, saya semakin menemukan apa sebenarnya filsafat itu.Kadang ketika saya posting komentar, saya juga berpikir apakah komentar saya sudah sesuai dengan isi elegi tersebut. Suatu ketika bapak Marsigit pernah mengatakan di depan kelas, kalau ada beberapa mahasiswa yang memberikan komentar yang tidak sesuai dengan isi elegi. Itu yang membuat saya selalu belajar agar mengerti bahasa dalam filsafat.

Dari elegi saya menemukan banyak hal yag ada dan yang mungkin ada. Yang membuat saya semakin banyak pengetahuan. Sebagai contoh nama – nama filsuf yang sudah saya ketahui socrates yang merupakan filsuf yang tidak tahu apa-apa karena menurut socrates, dirimu adalah pertanyaanku. Filsuf Plato, Filsuf Aristoteles, Filsuf George Berkely, Filsuf Rene Descartes, Filsuf Immanuel Kant, Filsuf Hegel yang menyatakan dirimu adalah sejarahku, Filsuf Russel, Filsuf Weitgenstein, Filsuf Hilbert, Filsuf Godel, Filsuf Husserll, Filsuf Einstein, Filsuf Lakatos tentang kesalahan, Filsuf Ernest yang mengemukakan bahwa dirimu adaladh pergaulanku.itu beberapa filsuf dan pendapatnya tentang diri kita. Selain berpendapat tentang diri kita, para filsuf juga berpendapat tentang ilmu. Thales yang berpendapat bahwa ilmu terkandung dalam air, Anaximenes menyatakan bahwa ilmu terkandung dalam udara, Menurut Pythagoras ilmu itu suci, Heraclitos berpendapat bahwa ilmu itu bersifat berubah, Demokritos berpendapat ilmu yang benar dan yang tidak benar, Plotinos berpendapat ilmu adalah pancaran dari Tuhan, Bacon berpendapat bahwa ilmu terbebas dari idol, Fichte berpendapat bahwa ilmu adalah otonom, dan masih banyak lagi filsuf – filsuf yang berpendapat tentang ilmu dalam filsafat. Dari pendapat para filsuf tersebut,terlihat bahwa filsafat itu sangat luas dan dalam, mencakup yang ada dan yang mungkin ada. Banyak hal yang yang dibahas dalam filsafat yang mencakup kehidupan sehari – hari. Itu yang membuktikan bahwa filsafat itu diriku sendiri. Dan filsafat itu ada dalam pikiranku.

Dalam elegi tersebut juga terdapat tentang serba – serbi unas yang mencakup pendapat tentang penyelenggaraan UN di Indonesia. Bapak Marsigit juga memposting elegi mengenai surat terbuka dari presiden yang isinya tentang pokok persoalan pendidikan matematika selain berisi tentang pokok pesoalan pendidikan matematika, dalam elegi ini berisi tentang butir – butir tentang pemikiran Doktor Marsigit M.A, tentang revolusi pendidikan di Indonesia. Dari elegi tersebut saya sadar bahwa banyak hal dari pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan Matematika yang harus diperbaiki. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa filsafat itu sangat memikirkan ilmu pendidikan secara luas. Tentang yang ada ( yaitu tentang pendidikan di Indonesia sekarang ini) dan yang mungkin ada (yaitu tentang revolusi yang akan dilakukan untuk pendidikan di Indonesia).

Inilah tujuan dari belajar filsafat, memikirkan yang ada dan yang mungkin ada. Sehingga kita bisa berpikir kritis secara intensif dan ekstensif. Selanjutnya kita membangun dunia kita sendiri. Karena menurut Imanuel Kant, jika ingin melihat dunia, maka tenggoklah pada pikiran Anda, karena dunia itu seperti apa yang kamu pikirkan. Dari pikiran masing – masing orang memunculkan pemikiran yang kreatif yang berbeda – beda, inilah inovasi pemikiran setiap orang. Karena menurut Plato ilmu itu adalah ide itu sendiri. Karena luasnya filsafat dalam pendidikan sehingga filsafat mencakup filsafat matematika di sekolah.

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seorang guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pada masalah pendidikan pada umumnya serta bagaimana masalah itu mengganggu pada penyekolahan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurikulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengharapkan dari ahli filsafat pendidikan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutama dalam kotroversi pendidikan sistem-sistem, pengujian kompetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan:

1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan.

2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan

3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Hakekat Matematika menurut Ebbutt dan Straker (1995) mendefinisikan matematika sebagai berikut:

1. Matematika adalah ilmu tentang penelusuran pola dan hubungan

2. Matematika adalah ilmu tentang Pemecahan masalah (Problem solving)

3. Matematika adalah ilmu tentang kegiatan Investigasi

4. Matematika adalah ilmu berkomunikasi

Aliran filsafat Pendidikan Implikasi Aliran Filsafat Dalam Pendidikan khususnya di Sekolah.
Tujuan Pendidikan Kedudukan Peserta Didik Peranan Guru Kurikulum Metode:

1. Idealisme Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia terutama bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan peserta didik.
Dengan kurikulum pendidikan liberal untuk mengembangkan kemampuan rasional dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.Digunakan metode dialektika tetapi metode lain yang lain dapat dimanfaatkan

2. Realisme Untuk penyesuaian hidup dan bertanggungjawab sosial Peserta didik mengetahui pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Disiplin yang baik adalah disiplin mental dan moral untuk memperoleh hasil yang baik Guru harus menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan menuntut prestasi dari peserta didik. Kurikulum komprehensif, mencakup semua pengetahuan teori dan praktis. Belajar bergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung , dan metode penyampaian harus logis dan psikologis, misalnya ; metode peragaan dan induktif.

3. Materialisme Mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya agar memiliki tanggungjawab hidup social dan pribadi yang kompleks Tidak ada kebebasan, pembentukan peserta didik dirancang dan diatur dari luar Guru berkuasa untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar peserta didik. Isi pengetahuan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya, diorganisir, dan selalu berorientasi pada tujuan yang diharapkan dari peserta didik Kondisionisasi (SR conditioning). Operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.

4. Pragmatisme Memberi pengalaman untuk penemuan hal – hal baru dalam kehidupan sosial dan pribadi. Peserta didik dianggap memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Guru memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan serta membimbing peserta didik sehingga pembelajaran berlangsung tanpa ada unsur pemaksaan, sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kurikulum berisi pengalaman yang teruji, dapat berubah, dan dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan peserta didik Menggunakan belajar sambil bekerja (learning by doing), peserta didik aktif dalam pembelajaran.

5. Eksistensialisme Pendidikan memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan. Peserta didik adalah manusia yang rasional, bebas memilih dan bertanggungjawab atas pilihannya. Guru melindungi dan memelihara kebebasan akademik Kurikulum bersifat liberal, yaitu memiliki kebebasan memilih dan menentukan aturan – aturan serta pengalaman belajar sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan diajarkan pendidikan social. Penggunaan metode tidak terlalu dipikirkan dan mendalam asalkan mencapai tujuan yakni kebahagiaan dan kepribadian yangbaik.

6. Progresivisme Pendidikan untuk membina peserta didik berpikir rasional serta menjadi manusia cerdas yang berkonstribusi pada masyarakat. Peserta didik memiliki kesempatan yang luas untuk bekerjasama dalam kelompok dan memecahkan masalah. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong dan terbantu untuk belajar dn mencari pengalaman. Dasar pembuatan kurikulum adalah minat – minat peserta didik bukan disiplin ilmu atau akademik. Metode diarahkan agar terjadi pembelajaran efektif dan aktif . Misalnya diadakan pendekatan laboratorium, kunujungan lapangan, simulasi, bermain peran, eksplorasi internet dan aktivitas lainnya yang menimbulkan pengalaman.

7. Perenialisme Pendidikan diharapkan dapat menciptakan pemuliaan manusia dan memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Misalnya mata pelajaran : Bahasa, sejarah, Matematika, IPA, filsafat, dan seni Peserta didik dipersiapkan untuk hidup, dengan mengembangkan pikiran dan bawaannya sesuai dengan tujuan. Peserta didik harus mempelajari karya – karya besar dalam literature yang menyangkut ilmu pasti dan abadi. Guru memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, peserta didik dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada. Pembuatan kurikulum didasarkan pada persiapan untuk hidup maka pendidikan harus sama kapanpun dan dimanapun berada. Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.

8. Esensialisme Pendidikan untuk menanamkan disiplin, kerja keras dan rasa hormat peserta didik. Sehingga tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan dengan tuntutan demokrasi. Peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang dapat berkembangn dengan baik apabila dilibatkan secara aktif serta diberi motivasi dan semangat dalam pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan datang dari guru. Inisiatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru. Guru memberi motivasi dan semangat untuk belajar kepada peserta didik. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbicara terutama dikembangkan pada pendidikan dasar. Metode yang digunakan adalah metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. Misalnya metode problem solving.

9. Rekonstruksional Tujuan pendidikan adalah menciptakan aturan social yang ideal, adanya transmisi budaya dalam kegiatan pendidikan. Nilai – nilai budaya peserta didik sangat dihargai di sekolah. Keluhuran dan tanggungjawab social ditingkatkan. Guru menghargai dengan tulus dan ikhlas budaya dalam setiap interaksi di dalam kelas maupun di luar kelas. Kurikulum di sekolah harus diwarnai oleh semua budaya dan nilai – nilai yang berhubungan dengan sekolah, tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas atau budaya yang disukai. Metode yang digunakan adalah Learning By Doing (belajar sambil bekerja) dan juga metode lain dalam pendidikan progresif

Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus merupakan suatu kesatuan. Caranya adalah dengan mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan. Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan (Aliran Esensialisme). Kekuasaan tidak dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekuatan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Kneller mengatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat ditinjau oleh sains pendidikan. Inilah penerapan filsafat pendidikan dalam sekolah, pada umumnya adalah sama. Perbedaannya adalah metode dan pelaksanaan metode belajar mengajar. Bagaimana kurikulum yang telah diterapkan, dan bagaimana memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berpikir yang seluas – luasnya dan sedalam – dalamnya (berpikir secara kritis). Guru tidak seharusnya menjadi seorang determinism yang akan mengurangi bahkan menghilangkan kesempatan siswa. Filsafat lebih berpikir untuk memberikan kesempatan bagi siapapun untuk berpikir secara intensif dan ekstensif.

Referensi:

(http://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan/)

(http://ariramayantirahayu.wordpress.com/2010/05/18/filsafat-pendidikan/)

(http://calon-guru.blogspot.com/search/label/filsafat)

(http://powermathematics.blogspot.com/2011_04_01_archive.html)